Sejarah Cot Langsat
Kantor Keuchik, Pusat Informasi Dan Arahan
Sawit, Sebagian Mata Pencarian Masyarakat Gampong Cot Langsat
Sawah, Sebagai Penghasil Sumberdaya Pangan
Gapura Merupakan Awal Pintu Gerbang Memasuki Gampong
Yasinan Gampong, dilakukan seminggu sekali atau pada saat orang meninggal
Pada tahun 1945-1948 merupakan masa transisi pemerintah, belum teraturnya pemerintahan yang akurat, kemudian pada tahun 1948 pemerintah mengatur mengatur kembali desa-desa yang ada pada masa itu dibawah Kabupaten Aceh Barat kewedanaan Calang (pembantu Bupati) sehingga terbentuknya gampong Cot Langsat secara pemerintahan.
Pada saat terbentuknya gampong Cot Langsat yang menjadi kepala desa masa itu adalah Muhammad Aji dengan Jumlah Kepala Keluarga (KK) masa itu berjumlah 10 KK dengan Jumlah jiwa 30 Orang. Kemudian pada tahun 1978 diangkat Zaini sebagai Kepala Desa yang merupakan anak dari Muhammad Aji, kemudian pada tahun 1984-1990 dipilih kembali Kepala Desa, sehingga yang terpilih masa itu adalah Zamzami, Kepala Desa Zamzami menjabat selama 2 Periode (Enam Tahun). Kemudian pada tahun 1990-2002 diangkat kembali Ramli Idram sebagai Kepala Desa, Kemudian setelah menjabat 2 periode diangkat kembali Sabirin sebagai Kepala Desa Menjabat dari tahun 2002-2008, kemudian pada tahun 2008-2014 diangkat M. Ali.S sebagai Geuthjik gampong Cot Langsat kemudian pada Tahun 2014-2015 diangkat TAIMIAH sebagai Geuthjik Gampong Cot Langsat. Pada tahun 2016-2020 diangkat IRWAN sebagai Geuthjik Gampong Cot Langsat. Dilanjutan oleh M.Taisir sebagai Geuthjik dari tahun 2020 sampai dengan sekarang.
Gampong Cot Langsat sebelum musibah Tsunami datang, sebenarnya telah memiliki beberapa sarana dan prasarana yang memadai tetapi setelah Tsunami datang maka gampong Cot Langsat kembali membangun Gampong dari nol.
Pada mulanya Masyarakat bercocok tanam dan bertempat tinggal di daratan, daratan tersebut ada pohon Langsat, sehingga masyarakat menamai tempat tinggal mereka itu dengan nama Cot Langsat (daratan pohon langsat ), sehingga nama tersebut diangkat menjadi desa setelah pemerintah mengatur kembali desa-desa yang ada di Kabupaten Aceh Barat.
